Social Unrest, Fenomena yang Dapat Menghancurkan Ekonomi

berbagiberkat.com – Kerusuhan sosial, atau biasa di sebut “social unrest”, adalah gejolak masyarakat yang dipicu oleh ketidakpuasan, ketimpangan, atau konflik politik, dan dampaknya bisa melumpuhkan ekonomi suatu wilayah. Fenomena ini sering muncul dari masalah seperti kemiskinan, korupsi, atau diskriminasi, dan jika tidak ditangani, dapat berubah menjadi kekacauan yang merusak.
Salah satu dampak terbesar adalah gangguan aktivitas ekonomi. Saat demonstrasi berubah menjadi kerusuhan—like yang terjadi di Jakarta 1998 atau Prancis 2018 akibat “Gilets Jaunes”—toko tutup, transportasi lumpuh, dan investasi terhenti. Data Bank Dunia menunjukkan kerusuhan berkepanjangan bisa memangkas PDB hingga 2-5% per tahun. Bisnis lokal, terutama UMKM, sering tak pulih akibat kerugian fisik dan hilangnya pelanggan.
Ketidakstabilan juga menakuti investor. Pasar saham anjlok, mata uang melemah—like Rupiah saat krisis 1998 yang jatuh 80%—dan modal asing kabur. Di Venezuela, kerusuhan sejak 2014 memperburuk hiperinflasi, membuat ekonomi kolaps. Turis pun menjauh, menghantam sektor pariwisata.
Namun, akar masalahnya kompleks. Ketimpangan ekonomi—misalnya, 1% orang terkaya di Indonesia kuasai 40% aset (Oxfam, 2023)—memicu amarah. Media sosial mempercepat penyebaran isu, sering kali dengan disinformasi, seperti pada kerusuhan AS 2020 pasca-George Floyd.
Pemerintah harus responsif: tekan ketimpangan, benahi komunikasi, dan hindari represif berlebihan. Kerusuhan sosial bukan hanya soal ketertiban, tapi cermin sistem yang rapuh. Tanpa solusi, ekonomi jadi korban utama.