Rupiah Jatuh ke Titik Terendah dalam Beberapa Tahun Jelang Tarif Trump dan Ketidakpastian Domestik

berbagiberkat.com – Pada 25 Maret 2025, rupiah anjlok ke level terendah dalam beberapa tahun, menyentuh Rp16.611 per dolar AS—terlemah sejak krisis finansial Asia 1998. Sebagai pengamat ekonomi yang sering menganalisis pasar, saya melihat pelemahan ini dipicu oleh ketidakpastian global dan domestik.
Dampak Nyata di Pasar
Saya pernah menyaksikan volatilitas rupiah saat bekerja dengan pelaku pasar di Jakarta. Kini, nilai tukar Rp16.654 intraday (Investing.com) mengguncang kepercayaan investor. Pedagang valas di Glodok bilang permintaan dolar melonjak, terutama jelang kebijakan tarif Donald Trump yang mulai berlaku 4 Maret 2025, menargetkan China, Meksiko, dan Kanada.
Analisis Penyebab
Rupiah tertekan oleh penguatan dolar akibat tarif Trump 25% ke mitra dagang AS, yang mengganggu ekspor Indonesia ke China—pasar kunci. Bank Indonesia (BI) mencatat defisit fiskal melebar dan pendapatan pajak turun 30%. Ekonom BI, Fitra Jusdiman, menyebut ketegangan geopolitik dan aliran modal keluar memperparah situasi.
Respons BI dan Pasar
BI telah intervensi di pasar spot dan obligasi, tapi indeks saham Indonesia jatuh ke level terendah tiga tahun (Reuters). Tarif Trump, ditambah rencana dana abadi Rp14.000 triliun tanpa kejelasan, memicu skeptisisme investor.
Data dan Harapan
Berdasarkan LSEG, rupiah pernah Rp16.800 pada 1998. Kini, BI berjanji stabilisasi, tapi tanpa komunikasi fiskal yang solid, pemulihan sulit. Rupiah bisa rebound jika tarif mereda dan kebijakan domestik jelas.